Bunyi alarm hand phone membangunkanku
dari tidur yang lelap. Dengan mata yang masih lengket, mataku mengarah pada jam
dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul 3.30 WIB. Yap, karena ini bulan
Ramadhan, aku harus bangun pagi buta untuk sahur. Aku pun lekas beranjak dari
tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Sesudah itu, aku ke meja
makan untuk sahur bersama keluarga. Akhirnya, selesai juga aku menghabiskan
makanan sahur dan tidak lupa,
sesudah sahur aku meniatkan untuk puasa hari ini.
sesudah sahur aku meniatkan untuk puasa hari ini.
Bunyi imsak sudah terdengar dari masjid
dekat rumah. Lalu,
aku cepat-cepat minum air putih (air mineral) sebelum waktu sahur benar-benar habis. Tak berapa lama, kumandang adzan terdengar. Kemudian, aku shalat berjama’ah. Ku lihat langit perlahan mulai menampakkan sinarnya. Saatnya aku menonton acara TV kesukaanku. Kebetulan, hari inI adalah hari libur, jadi aku bisa leluasa menonton TV, hehehe….Kebetulan hari ini ayahku juga sedang libur di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, kami berencana untuk pergi jalan-jalan. Rencananya, hari ini kami akan pergi sekitar pukul 11.00 WIB.
aku cepat-cepat minum air putih (air mineral) sebelum waktu sahur benar-benar habis. Tak berapa lama, kumandang adzan terdengar. Kemudian, aku shalat berjama’ah. Ku lihat langit perlahan mulai menampakkan sinarnya. Saatnya aku menonton acara TV kesukaanku. Kebetulan, hari inI adalah hari libur, jadi aku bisa leluasa menonton TV, hehehe….Kebetulan hari ini ayahku juga sedang libur di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, kami berencana untuk pergi jalan-jalan. Rencananya, hari ini kami akan pergi sekitar pukul 11.00 WIB.
Sama seperti orang kebanyakan. Kalau ingin
pergi harus mandi dulu. Aku pun di suruh
mama untuk mandi. Tapi, aku masih malas, soalnya aku masih asyik menonton acara TV kesukaanku. Apalagi, air di pagi hari masih sangat
dingin. Jadi, aku tidak mengindahkan perintah mama Namun, mama terus saja
menyuruhku untuk mandi, begitu juga dengan ayah. “Rasanya malas sekali mandi,
lebih-lebih ini kan hari libur. Jarang-jarang bisa menonton acara TV
kesukaanku.” gerutu dalam hatiku. Tapi, karena terus di suruh mama, aku mau
juga untuk mandi.
Aku pun masuk ke kamar mandi dengan rasa
kesal dan sebal. Akan tetapi, baru saja aku mau ke bak mandi, tiba-tiba saja
kepalaku pusing. Aku memutuskan untuk keluar kamar mandi. Namun terlambat, aku
terjatuh dan kepalaku terbentur ubin kamar mandi. Aku tak sadarkan diri
(pingsan). Saat pingsan, semuanya terasa gelap dan kosong.
Kata orang tuaku, mereka mengetahui aku
jatuh dan pingsan di kamar mandi karena mendengar kakiku menendang timba.
Ketika mendengar bunyi tersebut, orang tuaku langsung memanggilku. Tapi anehnya,
aku tidak menanggapi panggilan mereka. Lalu, mereka langsung ke kamar mandi
untuk melihat keadaanku. Spontan saja, mereka kaget dan panik saat melihat
kepalaku terbentur ubin dan berdarah. Kemudian, ayahku cepat-cepat mengangkat
dan menggendongku keluar dari kamar mandi dan membawaku ke ruang keluarga.
Bingung,
merupakan kata yang ingin ku katakan saat tersadar dan terbangun dari pingsan
yang melihat ayah dan mama yang panik dan sedang bersiap-siap membawaku ke
dokter. Kepalaku terasa sakit dan nyeri. Bagian yang sakit dan nyeri tersebut
aku pegang dengan tanganku. Saat melihatnya, aku kaget karena tanganku ada
darahnya.
“Kenapa kepalaku berdarah ?” tanyaku dalam
hati dengan rasa penasaran.
Kemudian aku bertanya pada orang tuaku
kenapa kepalaku berdarah. Mereka tak menjawabnya, malah menyuruhku untuk
bersiap-siap ke dokter. Aku mentaati kata mereka.
Orang tuaku membawa aku ke klinik untuk
mendapatkan pertolongan dokter. Kata dokter, kepalaku harus di jahit. Mataku
melihat sendiri ketika dokter mengambil jarum dan benang yang akan dijahitkan.
Saat kepalaku dibersihkan dan di jahit, terasa sangat sakit dan perih, padahal
aku telah dibius lokal. Karena rasa sakit itu, aku menangis dan menjerit
kesakitan. Akan tetapi, sebelum kepalaku dijahit, rambut pada bagian luka di
gunting agar memudahkan dokter menjahit kepalaku. Lima benang dijahitkan di
kepalaku. Lalu, dokter membelitkan perban. Dokter menjelaskan kepada aku juga
orang tuaku, kalau aku tidak keluar rumah agar terhindar dari debu dan asap
karena jahitannya belum kering.
Berarti, otomatis aku tidak bisa pergi ke
luar rumah. Aku sangat merasa sedih. Selain itu, dokter memberitahuku jika
jahitannya sudah kering, aku harus kembali ke klinik untuk melepaskan jahitan
lukanya. Akibat dari semua itu, aku tidak puasa selama 7 hari/ seminngu.
Seperti halnya orang sakit, pasti di jenguk oleh orang-orang terdekat. Begitu
juga dengan aku, teman-temanku dan teman-teman mamaku menjenguk dengan membawa
beberapa bingkisan.
Setelah beberapa hari berlalu, rasanya
jahitanku sudah kering. Aku pun memutuskan untuk kembali ke klinik untuk
melepas jahitannya bersama orang tuaku. Saat jahitannya di lepaskan oleh
dokter, terasa sedikit sakit. Sampai sekarang, jahitan di kepala tersebut masih
berbekas.
Aku dapat mengambil hikmah dari kejadian
ini, bahwa kita tidak boleh menggerutu, merasa kesal dan sebal kepada orang tua
kita. Karena semua perbuatan tercela akan menambah dosa saja bahkan akan
merugikan diri kita sendiri. Selain itu, aku juga bisa mengambil kesimpulan
kalau setiap perbuatan ada balasannya baik buruk perbuatan tersebut. Pastinya,
ini merupakan teguran dari Allah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
0 komentar:
Posting Komentar